Malam yang hening di kota ini. Sang Bunda
sedang sibuk mengurus anak-anak dan rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul
20.00. Sudah waktunya anak-anak untuk tidur.
"Ayo, Kakak sama Abang, tolong
kunci-kunci pintu ya! Pintu gerbang, pintu dapur, semuanya!"
Ade -walau tidak disuruh- ikut mendengar
apa yang Bunda katakan kepada Kakak dan Abang. Dia berpikir sejenak, lantas
berteriak panik. "Tunggu, Kak! Tunggu sebentar!" Kakak terdiam. Tidak
tahu apa yang ada di pikiran si Ade. Bunda bertanya, "Lho, kenapa De?"
"Bunda! Aa mana? Aa belum pulang!
Kita harus tunggu Aa, Bunda!"
Bunda, Kakak dan Abang tertegun. Tidak
menyangka bahwa Ade akan berucap seperti itu. Bunda hanya mampu menatap Ade
dengan mata berkaca-kaca. Kemudian, seraya memeluk Ade, Bunda berkata, "Ade.
Aa sudah pulang, kok."
* * * * *
"Dor dor dor!" Suara tembakan
sahut-menyahut di kota itu. Deru mesin pesawat menraung-raung di angkasa.
Dentuman bom menggelegar memecah keheningan.
"Aa! Kita tidak bisa diam saja di
tempat ini! Penduduk lain sedang berupaya mengungsi. Kita harus ikut!"
Seorang pemuda bernama Fulan berseru
kepada Aa. Ya, Aa sedang berada di kota itu. Kota para pejuang. Kota para
syuhada. Tentara zionis sedang menyerang. Memaksa para penduduk untuk
mengungsi.
"Tidak! Tidak sekarang, Fulan! Kalau
bukan kita yang menjaga daerah ini, maka rakyat di belakang kita tidak akan
selamat dalam upaya pelarian mereka!"
Aa menolak ajakan Fulan. Dia adalah
tentara yang sedang berjuang di kota itu. Ia meninggalkan Bunda, Kakak, Abang
dan Ade di kota kelahirannya. "Menjadi syuhada adalah impian tertinggiku,
Bunda." Itu yang dia ucapkan saat izin untuk pergi berjuang.
Fulan sejenak bimbang. Akhirnya dengan
tekad yang dikuatkan, ia memutuskan untuk bergabung bersama Aa. Menjaga garis
depan. Agar menyelamatkan rakyat yang sedang berada di dalam pelarian.
"Allahu Akbar! Laa ilaaha illa
Allah!" Fulan dan Aa berseru mengumandangkan takbir dan tahlil.
Menembakkan mitraliurnya ke arah musuh.
Satu per satu musuh tumbang oleh tangan
Aa dan Fulan. Kelompok musuh yang melihat teman-temannya tewas pun bergidik
ngeri melihat kekuatan bertarung mereka.
Tiba-tiba, tanpa diketahui Aa dan Fulan,
pemimpin kelompok musuh yang sedang mereka hadapi, menarik mundur pasukannya.
"Pergi! Tinggalkan tempat ini! Tinggalkan mereka berdua di sini!"
Aa dan Fulan kebingungan dengan tindakan
musuh. Dalam pertarungan ini, tidak biasanya musuh meninggalkan medan
pertempuran dengan amat tergesa-gesa dan tanpa tanda menyerah.
Saat mereka terdiam itulah, dari kejauhan
terdengar gemuruh yang membelah langit. Aa dan Fulan tidak tahu dari arah mana
datangnya suara itu. Sekonyong-konyong, suasana berubah hening. Kilatan cahaya
menusuk pandangan mereka. Menyisakan gelap yang sempurna.
* * * * *
Sambil memeluk Ade, Bunda menyuruh Kakak
dan Abang untuk kembali mengunci pintu. Setelah itu, Bunda mengumpulkan
anak-anaknya. Memeluk mereka semua. Bunda tahu, mereka masih terlalu kecil
untuk memahami. Bahwa Aa, sudah benar-benar pulang. [azfiz]
Sukaakk!!
BalasHapus