AYAHKU
(BUKAN) PEMBOHONG
“Kapan terakhir
kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh
sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak,
bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga
padanya?
Inilah kisah
tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan
hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah
kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak menemukan rumus itu
di novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk menjelaskannya.
Mulailah
membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir,
berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat,
dan kita tidak pernah sempat mengatakannya.”
Buku ini
berhasil mengingatkanku pada masa kecilku dulu ketika Mama meninggal pas aku di
Pondok. Hhe.
Lewat
buku ini aku belajar untuk tidak selalu merasa bahwa akulah yang paling benar
dan tahu segalanya. Hal ini tergambar jelas di akhir cerita.
Salah satu
quote yang aku kutip, “Bumi ini
terbentang luas. Ada banyak hal yang kita tidak ketahui. Ketika kita tidak
tahu, bukan berarti kita buru-buru menyimpulkan tidak mungkin. Kita saja yang
belum tahu.”
Beberapa
hal juga mengajarkan supaya gak suka berburuk sangka. Berbaik sangkalah,
mungkin kitanya aja yang belum tahu. Hehehe.
Ada
sebuah narasi dari Dam ketika temannya, Retro, pernah baca novel lalu
sesengukan? Itu pula yang terjadi padaku.
Sekali
lagi, cerita tentang Ayahlah yang membuatku begitu. Sebelumnya, aku merasakan
hal itu ketika baca kumcer di Pondok dulu. Hha.
Buku ini
jadi salah satu pengingat untuk lebih menghargai orang tua kita. Bahkan Taani,
salahs atu tokoh, diceritakan bahwa perkebunan bunganya terinspirasi dari
cerita Ayah. Begitupun Dam. Terlihat banyak hal yang merupakan pengaruh,
inspirasi, dari cerita-cerita Ayah bagi keberlangsungan karirnya.
Akhir
kata, semoga kita bisa banyak mengambil makna positif dari buku ini.
~ Peace,
Love, aand Gaul ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar