24 Juni 2013

Belajar Akhlak Tasawuf



Tasawuf adalah jalan beribadah mendekatkan diri kepada Allah yang berdasarkan ajaran Islam

Tujuan dari Tasawuf adalah untuk membersihkan jiwa, menghiasi diri dengan moral yang terpuji. Agar jiwa menjadi bersih & ruh menjadi suci.

Tasawuf ada dua, Tasawuf Akhlaqi (sunni) dan Tasawuf Falsafi

Tasawuf Akhlaqi itu yang keras berpegang pada agama. Berlandaskan Al-Qur'an & Sunnah. Tidak menggunakan terminologi filsafat.

Tasawuf Akhlaqi lebih terkonsntrasi pada pembinaan moral, pendidikan akhlaq & pengobatan jiwa.

Tasawuf Falsafi merupakan tasawuf yang ajarannya memadukan visi mistis dan visi rasional sebagai penggagasnya.

Tasawuf Falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya, berasal dari bermacam ajaran filsafat yang mempengaruhi tokoh-tokohnya

Latar belakang lahirnya Tasawuf bermula dari gerakan Zuhud yang timbul pada akhir avad pertama dan permulaan abad kedua Hijriah.

Zuhud (Asketisisme) timbul sebagai reaksi terhadap hidup mewah dari khalifah & keluarga serta pembesar-pembesar negara setelah mereka kaya

Motivasi dari Al-Qur'an dalam gerakan Zuhud ini ada pada surat An-Nisa ayat 77, yang menyatakan bahwa akhirat lebih baik daripada dunia.

"Katakanlah (Muhammad), kesenangan dunia adalah sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa" An-Nisa ayat 77

Motivasinya juga berasal dari pola hidup sederhana pada zaman Rasul dan sahabat-sahabatnya yang menjauhkan diri dari kemewahan dunia..

Contoh paham pada Tasawuf Akhlaqi adalah konsep Mahabbah (Cinta) dan Makrifat (Hakikat)

Ajaran Mahabbah tokohnya adalah Rabiah al-Adawiyyah. Maksud dari ajaran ini tentunya "cinta kepada Allah"

Pengertian Mahabbah: Memeluk & mematuhi perintah Allah dan membenci sikap melawan Allah. Berserah diri kepada Allah. Mengosongkan perasaan di hati dari segalanya kecuali Zat Yang Dikasihi, Allah SWT.

Kemudian dalam Tasawuf Akhlaqi ada juga namanya "Makrifah", mencari dan memperoleh hakikat (hidup?)

Menurut Dnun Nun al-Misri, Makrifat sebenarnya adalah kesaksian hati sebab ia merupakan fitrah dalam hati manusia sejak zaman azali.

Dalam Tasawuf Falsafi ada yang namanya Fana, Baqa, Ittihad, Hulul, Wahdatul Wujud, Tajalli, Insan Kamil (Nur Muhammad).

Fana menurut kalangan sufi, hilangnya kesadaran pibadi dengan sendirinya atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri"

Menurut Mustafa Zahri, Fana adalah lenyapnya indrawi, yakni sifat manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu.

Maka dapat dipahami, Fana itu lenyapnya sifat2 inderawi, akhlak tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia.

Berikutnya, Baqa. Ia adalah akibat dari Fana. Secara harfiah artinya kekal.

Menurut istilah, Baqa itu kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan & kebersihan diri dari dosan dan maksiat.

Fana & Baqa adalah manifestasi dari pencapaian hakikat. Siapa yg menghancurkan sifat buruknya, maka yang tertinggal adalah sifat baiknya.

Selanjutnya, Ittihad. Ittihad erat hubungannya dengan Fana & Baqa. Yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Tuhan.

Dalam Ittihad, seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Suatu tingkatan dimana yang mencintai & dicintai telah menjadi satu.

Bagi orang yang toleran, Ittihad dipandang sebagai penyelewengan. Tapi bagi yang berpegang keras pada agama, itu dipandang sebagai kekufuran

Namun hal itu hanya masalah perbedaan pendapat antara Tasawuf Akhlaqi (sunni) & Tasawuf Falsafi (yang nganut konsep ini)

Hulul. Secara harfiah berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia yang telah melenyapkan sifat2 kemanusiannya melalui Fana.

Ada sedikit perbedaan antara konsep penyatuan Hulul dengan Ittihad. Dalam Ittihad, sifat Allah menjadi lebur dengan manusia sehingga yang ada hanyalah Allah. Dalam Hulul, sifat manusia memang lebur, namun sifat kemanusiaannya masih ada. Jadi dalam konsep Hulul, sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan melebur jadi satu dalam jasad manusia

Kalo di catatan saya: Ittihad -> Manusia ke Tuhan; Hulul -> Tuhan nyamper Manusia. CMIIW yaa

Tokoh konsep Al-Ittihad adalah Abu Yazid Al-Busthami. Sedangkan tokoh konsep Al-Hulul adalah Al-Hallaj

Konsep "Penyatuan Tuhan dengan makhlukNya" dalam Tasawuf Falsafi yang ketiga adalah, Wahdatul Wujud. Tokohnya, Ibnu al-Arabi.

Ungkapan Wahdatul Wujud berarti "Kesatuan Wujud". Wahdat = sendiri, tunggal atau kesatuan. Wujud = ada.

Wahdatul Wujud dalam mistisme Islam atau Tasawuf Falsafi juga kerap disebut atau disamakan dengan Panteisme.

Panteisme adalah aliran yang meyakini bahwa Tuhan dan makhluk itu satu

Pengertian yang dianut para sufi adalah, bahwa antara manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah kesatuan wujud.

Dalam Wahdatul Wujud, ada konsep Tajalli. Artinya "self-disclosure" atau "penyingkapan diri, pembukaan diri".

Tujuan Tuhan menciptakan alam bukan hanya untuk melihat diriNya, tapi juga untuk memperlihatkan diriNya. Terjadinya Tajalli atau penciptaan alam disebabkan kerinduan Tuhan untuk dikenal oleh ciptaan-Nya. Ide ini terkandung dalam hadits yang menyatakan, bahwa Tuhan adalah harta simpanan tersembunyi (kanz makhfi) yang tidak dikenal, karena itu Dia ingin dikenal.  Maka Dia menciptakan makhluk dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Lalu mereka mengenal-Nya.

NB: >> saya gak nemu catatan kakinya di makalah tentang Wahdatul Wujud yang saya baca mengenai hadits berisikan ide Tajalli ini. Maka kalo teman-teman ada yang tau riwayat hadits tersebut, kasih tahu saya yaaa. Biar jelas. Hehe. <<

Filsafat Iluminasi adalah konsep yang dikembangkan oleh Suhrawardi al-Maqtul-Hikmah al-Isyraq. Beliau adalah generasi pertama sufi filosuf..

Suhrawadi berpendapat: Jika jiwa manusia ingin mencapai hakikat dirinya, harus dengan latihan rohaniah. Jiwa manusia tidak bisa sampai pada alam suci serta tidak bisa menerima cahaya-cahaya iluminasi selama masih kotor. Sebab alam suci maupun cahaya adalah substansi malakut, dimana alam suci itu sendiri tidak membutuhkan keuatan fisik.

Melalui kalimat-kalimat simbolis ia mengatakan >> Allah SWT adalah Nurul Anwar yg merupakan sumber asal dari segala yang ada & seluruh kejadian. Dari Nurul Anwar memancar cahaya2 yang menjadi sumber kejadian alam rohani dan alam materi. <<

Konsep Insan Kamil dalam Tasawuf Falsafi dikembangakan oleh Abdul Karim al-Jilli.

Insan Kamil artinya, manusia sempurna. Berasal dari kata insan, manusia dan kamil, sempurna.

Konsepsi fiosofi ini pertama kali muncul dari gagasan tokoh sufi Ibnu Arabi. Kemudian dikembangkan oleh Abdul Karim al-Jili.

Menurutnya, Insan Kamil merupakan wadah Tajalli yang paripurna. Juga merupakan miniatur dari segenap jagad raya.

Pandangan demikian (wadah Tajalli) didasarkan pada asumsi bahwa segenap wujud hanya mempunyai satu realitas.

Realitas tunggal itu adalah wujud mutlak, bebas dari segenap pemikiran, hubungan, arah, dan waktu.

Ia adalah esensi murni. Tidak bernama, tidak bersifat, dan tidak mempunyai relasi dengan sesuatu.

Di dalam kesedirian-Nya yang gaib itu, esensi mutlak tidak dapat dipahami dan tidak ada akata-kata yang dapat menggambarkan-Nya. Karena indera, pemikiran, akal dan pengertian manusia mempunyai kemampuan yang fana dan tidak pasti. Karena itu, tidak mungkin manusia yang serba terbata akan dapat mengetahui zat mutlak itu secara pasti..
Kenapa kita mempelajari Tasawuf? Apa inti dari Tasawuf? Nah dosen saya, Bu Siti Sa'adah mengatakan, "Manusia harus mendekati Tuhan tanpa mengharap surga-Nya atau takut neraka-Nya"

Pada akhirnya, semoga kita termasuk dalam golongan hamba Allah yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya, dan dikumpulkan di surga kelak #IMO


Tidak ada komentar:

Posting Komentar