Assalamualaikum,
temen-temen! Akhir-akhir ini, beredar meme yang mengesankan bahwa KPAI dan
Yayasan Lentera Anak kurang kerjaan karena ngurusin “beasiswa bulu tangkis
Djarum.”
Dalam meme tersebut, dikesankan bahwa ada hal-hal lain yang harusnya diurus terlebih dahulu, sebelum ngurusin beasiswa bulu tangkis Djarum.
![]() |
KPAI dan Lentera Anak harusnya ngurusin yang lain dulu |
Dalam meme tersebut, dikesankan bahwa ada hal-hal lain yang harusnya diurus terlebih dahulu, sebelum ngurusin beasiswa bulu tangkis Djarum.
Hmmm. Sepertinya,
mereka yang bikin dan sebarin meme itu belom tau soal sepak terjang KPAI dan Yayasan
Lentera Anak selama ini. Berhubung aku sering ikut kegiatan Yayasan Lentera Anak, jadi aku coba rangkumin liputan yang memuat upaya yang
dilakukan oleh Yayasan Lentera Anak, terkait "hal lain yang harus diurus
terlebih dahulu sebelum ngurusin beasiswa bulu tangkis Djarum."
Pertama, "Mendorong pemerintah naikkan harga rokok"
Siapa yang setuju
kalo harga rokok naik? Supaya mahal, supaya gak terjangkau anak-anak?
Nah, Yayasan Lentera Anak ini setau aku udah pernah ngomongin ini bahkan
dari tahun 2016. Salah satunya, dalam Puncak Perayaan Hari Anak Nasional 2016.
Pada waktu itu, Ketua Yayasan Lentera Anak Indonesia Lisda Sundari mengusulkan kepada pemerintah agar menaikkan cukai rokok. Usulan tersebut
dimaksudkan agar harga rokok di Indonesia mahal dan tidak terjangkau anak-anak.
Katanya, “Menaikkan
cukai rokok adalah salah satu praktek yang telah diterapkan di berbagai negara.
Hal itu sebagai upaya mengendalikan konsumsi rokok. Itu merupakan salah satu
upaya preventif sehingga generasi selanjutnya tidak ada yang menjadi perokok.”
Dalam puncak Hari Anak Nasional 2016 itu, diharapkan pemerintah dapat
mendengarkan dan mewujudkan harapan anak-anak agar terlindungi secara
menyeluruh dari dampak rokok. Salah satunya ya dengan menaikkan cukai rokok.
Kedua, "Persempit ruang merokok" | FYI untuk hal ini, aku pakai istilah Kawasan Tanpa Rokok, ya.
Tau gak? Tahun 2016 - 2017 lalu, Yayasan Lentera Anak bersama Ruang Anak Dunia (RUANDU) Foundation dari Padang dan Galang Anak Semesta (GAGAS) dari Mataram punya kegiatan "Sekolah Kawasan Tanpa Rokok"
Ketua Lentera
Anak Lisda Sundari mengatakan, pihaknya mendampingi 90 sekolah di limakota untuk menjadi pelopor sekolah sebagai kawasan tanpa rokok di Indonesia.
"Lima kota yang beberapa sekolahnya kami dampingi adalah Mataram,
Padang, Kota Bekasi, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor," jelasnya.
Yayasan Lentera Anak juga memberikan penghargaan kepada 90 sekolah dari 5 kota yang didampingi tersebut. Temanya, "Gerakan 3000 Siswa di 5 Kota, Menuju Komitmen Nasional Sekolah Sebagai Kawasan Tanpa Rokok."
“Semua pihak di
sekolah baik guru, siswa dan staf melakukan berbagai kegiatan dan upaya
menjadikan sekolah sebagai kawasan tanpa rokok dan menolak menjadi target
industri rokok dengan menurunkan iklan rokok di sekitar sekolah," kata Lisda.
Ketiga, "Patuh beli rokok pakai KTP" | Kamu tau juga kan, bahwa di negeri kita ini, anak-anak gampang banget beli rokok. Nah, apa kata Lentera Anak terkait hal ini?
Yayasan Lentera Anak mengangkat isu ini salah satunya dengan mengajak pemerintah untuk mengaksesi Framework Convention on Tobaco Control (FCTC).
Aksesi FCTC menjadi sebuah komitmen pemerintah untuk membuat aturan lebih ketat dalam pengendalian tembakau. Salah satu caranya adalah membatasi
penjualan rokok di tempat-tempat tertentu, menaikkan harga rokok, dan melarang
penjualan rokok kepada anak-anak.
"Penjual dilarang menjual rokok kepada anak-anak dan pelanggaran terhadap hal ini harus diberikan
sanksi yang keras," kata Lisda Sundari.
Selain itu, waktu kegiatan Sekolah Kawasan Tanpa Rokok pun, banyak anak-anaknya sendiri yang ikut menyuarakan pelarangan penjualan rokok kepada anak.
Contohnya, puluhan pelajar
SMP Negeri 1 Bojong Gede, Kabupaten Bogor, menolak penjualan rokok di sekitar
sekolahnya melalui aksi copot spanduk iklan rokok di warung terdekat. Mereka
juga memperingatkan para pedagang di sana untuk tidak menjual rokok pada
pelajar.
Bahkan, para
pelajar itu juga mengganti spanduk iklan rokok dengan spanduk bertuliskan:
Warung ini tidak menjual rokok pada anak. "Merokok itu banyak dampak
negatifnya, apalagi untuk pelajar," kata Ketua OSIS SMP Negeri 1 Bojong
Gede, Gaizka di sela-sela aksinya.
Dilansir dari Pikiran Rakyat, salah seorang pemilik warung yang menjual rokok di sekitar sekolah, Trimo
mengaku tidak keberatan menanggalkan spanduk iklan rokok di tempatnya. Ia
menyadari para pelajar merupakan investasi masa depan bangsa.
"Dengan
ketiadaan banner rokok, saya yakin rokok tetap laku, tapi langkah guru dan
murid SMPN 1 Bojong Gede ini bagus karena menghindari siswa menjadi
perokok," kata Trimo.
Jadi, kalo teman-teman mengira bahwa Yayasan Lentera Anak "melongkapi anak tangga," aku punya istilah baru. Yayasan Lentera Anak gak melongkapi anak tangga (yang berarti hanya punya dua kaki). Yayasan Lentera Anak punya banyak kaki, yang nginjek semua anak tangga! Xixixi~
Ada juga nih yang
nanya, kenapa sih, Yayasan Lentera Anak ngurusinnya rokok aja? Kan permasalahan
terkait anak banyak? Aku dapat jawabannya dari artikel yang ditayangkan oleh
Sindonews nih.
Yayasan Lentera
Anak ini saat didirikan pada 2011 lalu, memang memilih fokus
di isu rokok. “Kalau mengenai
kekerasan anak, kekerasan seksual pada anak, itu sudah terlalu ramai. Sudah
banyak yang concern pada kasus seperti itu. Sudah ada kebijakan yang mengatur
itu. Biarlah kami berada di isu yang senyap, yakni rokok karena kami melihat
fenomena anak perokok terus meningkat setiap tahun,” ujar Lisda.
Gimana? Sudah
semakin mengenal Yayasan Lentera Anak? Kunjungi juga tuh websitenya, ya! Kamu
juga bisa follow media sosial mereka di Facebook, Twitter dan Instagram. Semua
usernamenya @lenteraanak_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar